Merah Darahku, Putih Tulangku
Mentari cerah diufuk timur menandakan
semangat pagi hari. Semangat ku mengayuh sepeda untuk berangkat ke sekolah.
Namaku Ratih, Ratih Puji lengkapnya. Hari ini hari bersejarah buatku. Senin, 10
November 2012. Karena nanti aka nada upacara peringatan hari pahlawan.
Aku memang orang yang ngefans pake
BGT dengan bung karno. Jadi, setiap kali ada hari-hari berkaitan dengan
kepahlawanan dan perjuangan. Aku selalu semangat 45. Sampai sekolah aku
meletakkan sepada aku di bagian paling luar, Maklum saja aku kan murid teladan
(telat datang pulang duluan)
Baru saja aku melangkahkan kaki
kanan ke dalam gerbang , eh ada penjajahan di depan mataku. Ya Ardi ketua geng
di sekolahku , lagi-lagi murid tak berdosa jadi korbannya. Namanya stres…. Eh
Sutris maksudnya. Langsung saja aku hampiri mereka.
“woe…… stop…..!!!!! “ teriakku
Mereka hanya
melongo melihatku. “kenapa kalian diam” Tanyaku.
“kalau gue teriak Auo Auo di sangka tarsan
keles” Jawab Ardi
“Oh iya ya…. Lepasin sutris. Gak berperi
kemanusiaan ya kalian.” Ucapku
“Ya enggak lah. Kita itu berperi bidadari”
Ucap Amri salah satu teman Ardi.
“Tapi kan sutris juga teman kalian. Ya jangan
di jajah gitu donk.” Belaku
“Gak usah jadi pahlawan kemagriban loe.” Ucap
Ardi
“Pahlawan kesiangan boss.” Ucap Amri
membenarkan
“suka-suka gue donk. Mau pahlawan kemagriban
kek, kesiangan, ke sorean, ke malaman. Hak-hak gue.” Ucap Ardi cerewet
“ya, sebahagiamu aja bos.” Ucap Amri
“Udah… Udah kenapa malah kalian yang ribet
sih.” Ucap ku
“Sok tau loe… kecintaan loe ama sejarah gak
menjadikan loe pahlawan buat orang lain. Sejarah itu ya sejarah. Sekarang itu
ya sekarang.” Ucap Ardi
Aku emosi mendengar perkataan Ardi.
“Eh, Ardi loe apa gak sadar?. Hidup itu berkaca pada sejarah yang telah terukir
indah. Dan berhenti menatap masa depan yang buta.” Ucap ku
“Sok jadi guru loe. Loe ngajarin kita
tentang hidup. Apa loe ngerti tentang hidup loe sendiri ?” Tanya Amri
“Aku gak ngajarin apa-apa kok, Aku cuma
melakukan yang Galileo Galeleni katakan
bahwa seseorang tidak bisa mengajarkan seseorang apapun, Aaku hanya
membantu menemukan sebuah pengetahuan yang ada pada dirimu.” Balas ku
Mereka tardiam mendengar ucapku. Bel
upacapun telah berbunyi. Kita seemua bubar menuju halaman untuk mengikuti
upacara bendera.
Upacarapun telah dimulai. Saat-saat
dramatispun tiba yaitu saat pengibaran bendera. Kita hormat pada sang saka
merah putih. Ku lihat kanan kiri, teman-teman ku hanya tertunduk. Entah apa
yang mereka fikirkan. Mungkin mereka malu pada diri mereka sendiri. Mereka
malu, mereka tidak punya semangat merah putih dalam hati. Mereka tidak sadar
akan merah keberanian dan putih tentang kesucian.
Kulihat Sutris menangis. Aku
penasaran kenapa ia meneteskan air mata. “Sutris udah jangan sedih…!!!” Ucapku
. “Sutris, kenapa kamu menangis?” Tanyaku. “hihihi Dari pada aku ketawa di
sangka orang gila. Mending aku nangis aja.” Ucapnya santai. “haaaa…??? Memang
sutris itu setres.”Ucapku
Semuanya pun berakhir. Tidak ada
penjajahan lagi di sekolahku. Ardi dan Amri pun telah insyaf sepertinya.
Mungkin mereka sadar bahwa sejarah itu kenangan. Sejarah itu pengalaman. Dan
sejarah itu cerita masa lalu yang terukir indah. Dari semua itu aku mengenal
beberapa prinsif hidup. Yaitu jangan menunggu
bahagia baru tersenyum tapi tersenyumlah agar kamu bahagia. Jangan
menunggu kaya untuk bersedekah tapi bersedekahlah maka kamu akan semakin kaya.
Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah maka kamu akan
semakin termotivasi. Dan yang terakhir jangan menunggu di pedulikan baru peduli
dengan orang lain tapi pedulilah maka banyak orang yang mempedulikanmu
0 komentar:
Posting Komentar